CAKAR JAYA: Catur Karsa Jala Raya

Abstrak

Berikut merupakan versi Web dari UICS-46 yang disampaikan pada lokakarya di LAPAN tanggal 30 September - 1 Oktober 1993 yang lalu (v.93092117). Ini merupakan awal dari rangkaian tulisan yang disambung dengan CAKAR JAYA DUA, serta nantinya akan ditutup dengan CAKAR JAYA TETE W.

CAKAR JAYA merupakan usulan pengembangan jala komputer global di Indonesia yang berdasarkan pengalaman masa lalu, keadaan sekarang, dan prakiraan keadaan mendatang. Jala Raya dapat diwujudkan dengan dukungan luas semua fihak, pengadaan basis data Nasional, backbone jala Nasional, dan gerbang Internasional.

Pendahuluan

Berikut merupakan sebuah usulan pengembangan jala (jaringan) komputer global di Indonesia --- Jala Raya --- dalam rangka mensukseskan pembangunan Nasional. Usulan ini merujuk pada GBHN 1993 serta berdasarkan pengalaman masa lalu, keadaan sekarang, dan akan datang.

Perlu tidaknya Jala Raya tidak akan diperdebatkan di sini. Internet sebagai Jala Raya Internasional telah beroperasi sejak lama di manca negara. Surat elektronis (email), diskusi eletronis jarak jauh (NETNEWS), akses katalog elektronis perpustakaan, alih berkas (FTP), dan lain-lain, telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di negara yang telah berkembang.

Sektor komersial mulai menyadari hal yang telah diketahui oleh para ilmuwan mancanegara selama bertahun-tahun: jala komputer merupakan media ampuh untuk tukar menukar informasi secara cepat-tepat. Dewasa ini, Internet tidak dapat lagi dianggap sebagai jala riset murni.

Seluruh anggota ASEAN --- kecuali Indonesia --- telah terhubung secara langsung dan dapat diakses secara umum ke / dari Internet. Di Indonesia, koneksi langsung ke Internet dewasa ini sedang diusahakan oleh berbagai fihak baik secara terpisah maupun secara bersama. Hingga kini, usaha tersebut belum membuahkan hasil nyata. Ini sangat ironis, mengingat tahun 1986, Indonesia termasuk kelompok negara Asia pertama berkonsep jala Nasional Uninet [LUHUKAYBAGIO83] serta Regional (AUSEANET) yang terhubung ke dunia Internasional.

Salah satu sistem di Indonesia yang terhubung secara tidak langsung ke Internet ialah indogtw (indogtw.csc.ui.ac.id). Sistem tersebut dikelola oleh Universitas Indonesia, serta terhubung ke Internet melalui saluran jala X.25 dan telepon Internasional. Pelayanan yang tersedia terbatas pada surat elektronis (e-mail).

Sistem tersebut di atas dimanfaatkan bersama oleh BPPT, Departemen Perindustrian, IKIP-Yogyakarta, ITB, ITS, JUITA (Jaringan Universitas Indonesia Terpadu), LIPI, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, PDII, UGM, UT, serta beberapa perusahaan suasta Nasional.

Beberapa institusi seperti LAPAN telah merintis penggunaan jala paket radio untuk menghubungkan unit-unit yang tersebar dalam wilayah yang luas. JASIPAKTA (LAPAN), menghubungkan LAPAN Pusat (Jalan Pemuda - Jakarta), LAPAN Pekayon (Bekasi), LAPAN Ranca Bungur (Bogor), LAPAN Rumpin (Serpong), LAPAN Watukosek (Jatim), serta telah dimanfaatkan oleh institusi lain seperti UI (Depok), BPPT (Thamrin), ITB, dan lain-lain.

Jala tersebut diatas, terangkai melalui beberapa gateway di BPPT, ITB, dan UI. Dengan demikian, anggotanya dapat saling tukar menukar informasi, serta dapat melakukan hubungan e-mail ke seluruh dunia melalui Internet.

Masalah laten yang dihadapi ialah penghimpunan dana operasi serta koordinasi selaras, serasi, dan seimbang antar institusi. Untuk itu diusulkan Catur Karsa Jala Raya (CAKAR JAYA) yaitu:

Pembahasan makalah akan dimulai dengan landasan CAKAR JAYA, yaitu GBHN 1993. Pada bab berikutnya, akan diuraikan ke-empat butir CAKAR JAYA, yang kemudian ditutup dengan kesimpulan.

Landasan CAKAR JAYA (Cuplikan GBHN 1993 :-)

Berikut beberapa cuplikan GBHN 1993, yang berhubungan dengan Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta kebijaksanaan Pos dan Telekomunikasi selama 5 tahun (rinci) / 25 tahun (global) yang akan datang. Hal ini relevan diungkapkan di sini, karena GBHN merupakan salah satu dasar dari pemerintah untuk menentukan alokasi serta prioritas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun.

Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD '45 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.

Salah satu asas pembangunan Nasional ialah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar memberikan kesejahteraan rakyat lahir batin yang setinggi-tingginya. Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua (PJPT II) dalam bidang IPTEK ialah tercapainya kemampuan Nasional dalam pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan IPTEK yang dibutuhkan bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan peradaban, serta ketangguhan dan daya saing bangsa.

Arah PJPT II untuk dana pembiayaan pembangunan terutama digali dari sumber kemampuan sendiri. Pembangunan Nasional pada dasarnya diselenggarakan oleh masyarakat bersama pemerintah. Oleh karena itu, peranan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman, dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban, dan tanggung-jawab seluruh rakyat. Pembangunan IPTEK memegang peranan penting serta akan sangat mempengaruhi perkembangan dalam masa PJPT II. Penguasaan IPTEK akan mempengaruhi keberhasilan membangun masyarakat maju dan mandiri.

Tujuan Pembangunan Lima Tahun ke VI (Pelita VI) ialah menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia serta meletakan landasan pembangunan yang mantap untuk tahap pembangunan berikutnya. Sasaran PELITA VI bidang IPTEK ialah peningkatan kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai IPTEK dilaksanakan dengan mengutamakan peningkatan kemampuan alih teknologi melalui perubahan dan pembaharuan teknologi yang didukung oleh pengembangan kemampuan sumber daya manusia (SDM).

Kebijaksanaan PELITA VI dalam pembangunan pos dan telekomuniksai (POSTEL) terus dilanjutkan dan ditingkatkan agar lebih mampu mendukung kegiatan pembangunan yang makin meluas. Pembangunan IPTEK yang dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, termasuk kalangan akademi dan pengusaha, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Pembangunan POSTEL diarahkan untuk mendukung peningkatan pembangunan Nasional dengan makin memperlancar arus surat, barang dan informasi. Telekomunikasi terus dikembangkan menjadi wahana yang dapat diandalkan untuk terselenggaranya arus berita, informasi, dan data baik Nasional maupun Internasional secara lancar, jelas dan cepat. Perguruan Tinggi diusahakan agar mampu menyelenggarakan pendidikan, melakukan penelitian dan pengkajian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Catur Karsa Jala Raya

Berikut akan dibahas ke empat butir dari Catur Karsa Jala Raya (CAKAR JAYA). Ilustrasi penerapan pada uraian tersebut baru berbentuk usulan. Usulan tersebut belum sempurna dan masih perlu dibahas lebih lanjut. Diharapkan usulan ini merupakan masukan dalam rangka menunjang pembangunan IPTEK dan Telekomunikasi.

Dukungan luas semua fihak terkait

Karsa utama Jala Raya ialah dukungan luas dari semua fihak terkait. Dukungan ini hanya dapat terwujud jika semua fihak sadar akan peranannya. Besar dukungan disesuaikan dengan kemampuan dan kepercayaan masing-masing, dan diwujudkan dalam bentuk dana, tenaga, kemudahan izin, restu, dan buah pikiran. Dukungan tersebut harus datang dari fihak penyedia jasa / fasilitas mau pun fihak pemakai jasa.

Fihak penyedia jasa / fasilitas terdiri dari Dirjen Postel, P.T. Telkom, P.T. Indosat, P.T. Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta), P.T. Graha Informatika Nusantara (Gratika), P.T. Satelindo, serta fihak lain yang berkecimpung dalam bidang jasa telekomunikasi atau jasa nilai tambah. Fihak tersebut di atas dianggap memiliki pengalaman penyelenggaraan / pengelolaan jasa telekomunikasi.

Fihak pemakai jasa terdiri dari BUMN, Departemen Pemerintah, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Perusahaan Suasta, dan lain-lain. Tidak semua fihak memiliki kemampuan finansial yang serupa. Perguruan Tinggi pada umumnya --- Perguruan Tinggi Negeri pada khususnya --- sering mengalami kesulitan dalam menghimpun biaya penyelenggaraan komunikasi. Namun, Perguruan Tinggi menjadi salah satu SDM berkualitas yang diperlukan dalam mendukung Jala Raya. Dilain fihak, banyak perusahaan suasta Nasional yang mampu memiliki jala yang tersambung ke perusahaan induknya di luar negeri yang terhubung Internet.

Kerjasama kedua fihak tersebut di atas dapat dimulai dengan melakukan penelitian bersama mengenai Jala Raya. Dewasa ini, beberapa BUMN mengalokasikan sebagian keuntungan bersihnya untuk dana penelitian. BUMN tersebut dapat menggunakan sebagian dana tersebut untuk mensponsori penelitian terhadap prototipe Jala Raya. Hasil penelitian digunakan untuk menentukan perangkat keras / lunak, prakiraan pangsa pasar, tarif yang wajar, dan lain-lain. Diperkirakan bahwa sebagian besar dari dana penelitian tersebut akan digunakan untuk biaya komunikasi. Jadi, sangat wajar jika sponsor merupakan BUMN yang bergerak dalam bidang komunikasi. P.T. Indosat diharapkan untuk mensponsori hal yang bersangkutan dengan akses ke luar negeri, sedangkan P.T. Telkom diharapkan mensponsori hal yang bersangkutan dengan infra-struktur dalam negeri.

Basis Data Nasional

Inti utama dari Jala Raya ialah penyediaan informasi secara cepat. Penyediaan informasi dapat berbentuk basis data maupun berbentuk diskusi elektronis. Untuk itu, dibutuhkan fihak yang menyediakan informasi tersebut.

Dewasa ini, sedang dirintis IPTEKNET yang merupakan konsorsium dari Bakosurtanal, BATAN, BPPT, BPS, IPTN, ITB, LAPAN, NIHRD, PDII-LIPI, PUSDATA, PUSTAKA, PUSTAKNAS, UGM, UI, UNAIR, UNHAS, dan USU sebagai penyedia data utama.

Basis data akan dibangun secara terdistribusi pada masing-masing institusi secara otonom. Tugas konsorsium lebih pada standarisasi format data, perjanjian pengaksesan, biaya jasa mengakses, dll.

Selain IPTEKNET, terbuka luas bagi fihak suasta Nasional untuk berpartisipasi dalam menawarkan jasa informasi. Dapat dipastikan bahwa usaha dalam bidang jasa informasi ini memiliki masa depan yang cerah. Yang mempersiapkan sejak dini akan merupakan fihak yang paling memperoleh manfaat / keuntungan di kemudian hari.

Backbone Nasional

Backbone Nasional menghubungkan penyedia Basis Data Nasional dengan pemakai jasa Jala Raya. Backbone Nasional harus dikembangkan bersamaan dengan Basis Data Nasional tersebut. Backbone Nasional terdiri dari berbagai sarana telekomunikasi yang tersedia: Telepon, Saluran Sewa, Radio UHF, Radio Gelombang Mikro, VSAT, DOV, dan lain-lain.

Biaya pengadaan Backbone Nasional perlu ditekan seminimum mungkin agar Jala Raya terjangkau oleh semua fihak. Penggunaan teknologi paket radio merupakan pilihan yang paling cocok. Untuk setiap simpul dibutuhkan investasi dibawah Rp. 2.000.000.- (tidak termasuk tiang antena). Dengan perangkat komputer, investasi total diperkirakan dibawah Rp. 5.000.000,-.

Dewasa ini, beberapa institusi seperti ITB, LAPAN, UGM, dll. sedang mengembangkan teknologi paket radio berkecepatan tinggi (56 - 125 kps). Untuk setiap saluran paket radio berkecepatan tinggi (125 Kps), dibutuhkan lebar pita sekitar 250 kHz. Diusulkan agar Dirjen POSTEL menghibahkan izin alokasi pita UHF selebar 1 - 3 MHz secara nasional untuk keperluan penelitian. Hal ini akan mempercepat pemerataan kesempatan mengakses informasi seperti yang dicita-citakan dalam GBHN 1993.

Paket Radio bukan merupakan satu-satunya pilihan. Untuk itu, peranan fihak penyedia jasa / fasilitas lainnya seperti P.T. Telkom, Lintasarta, P.T. Satelindo, serta fihak lain yang berkecimpung dalam bidang telekomunikasi akan tetap penting bagi pengakses dari kalangan suasta.

Hal yang tidak kalah penting dalam pengembangan Backbone Nasional ialah pengembangan jala / jaringan lokal setiap institusi. Akan tidak ada artinya, jika tidak ada kemudahan mengakses jala pada setiap sub-bagian dari institusi tersebut. Jala dalam satu gedung dapat dibangun dengan menggunakan kabel tembaga. Biaya pemasangan Ethernet (10 Mbps) sudah terjangkau oleh kebanyakan fihak. Namun, tidak tertutup kemungkinan menggunakan teknologi yang lebih canggih seperti FDDI, CDDI, FastEthernet (100 Mbps), ATM, dll.

Masalah akan timbul, jika institusi tersebut terdiri dari beberapa bangunan di atas tanah yang luas. Penggunaan kabel tembaga tidak direkomendasikan terutama pada daerah yang banyak petir. Bagi institusi yang mampu, disarankan untuk menggunakan kabel serat optik. Namun, teknologi paket radio kembali merupakan alternatif termurah.

Bagi pengguna perorangan, diperlukan beberapa host umum yang dapat diakses melalui telepon lokal di beberapa kota besar di Indonesia. Pengelolaannya diserahkan pada perusahaan jasa nilai tambah seperti Lintasarta, dll.

Gerbang Internasional

Gerbang Internasional menghubungkan backbone Nasional dengan backbone Internasional. Gerbang ini merupakan bagian yang paling mahal dari Jala Raya. Untuk itu, gerbang ini harus dioperasikan seefisien mungkin agar tarifnya terjangkau semua fihak.

Secara teknis, pengelola gerbang Internasional harus memiliki kemampuan:

Dapat disimpulkan bahwa lokasi fisik yang paling cocok untuk penempatan gerbang Internasional ialah gedung P.T. Indosat. Dewasa ini, gedung tersebut menjadi atau pernah menjadi tuan rumah untuk sistem yang dimiliki perusahaan lain seperti Lintasarta dan Gratika, anak perusahaan PT. Indosat.

Perwujudan gerbang Internasional di Indonesia mengalami hambatan karena sulitnya mengadakan koordinasi antara pengguna jasa, penyandang dana, dan pengelola. Tanpa peranan aktif dari PT. Indosat, atau anak perusahaannya, akan sulit diwujudkan, karena sebagian besar dari investasi akan berwujud biaya saluran sewa.

Untuk mempercepat proses pengadaan gerbang Internasional, perlu juga dilakukan kerjasama dengan fihak luar negeri yang berpengalaman dalam bidang ini. NFSnet merupakan salah satu backbone terkemuka yang dewasa ini menjalin kerjasama dengan USSprint, sebuah perusahaan telekomunikasi yang di Indonesia diwakili oleh Gratika.

Tahap pertama untuk merealisasi rencana ini ialah pengadaan:

Penawaran jasa dibatasi pada Electronic Mail (Nasional / International) NETNEWS / Bulletin Board System (Nasional / Internasional), FTP (nasional) dan mailbox (lokal). Peningkatan jasa akan berlangsung selaras dengan pengembangan sistem dan kemampuan.

Komputer yang diusulkan ialah sistem "low-end" dengan memori 16-32 Mbyte, dan kapasitas disk 3-6 Gbyte. Sebaiknya, sistem merupakan miniatur dari sebuah sistem yang sedang operasional. Jika ada masalah teknis sistem tersebut, maka akan mudah mendapatkan mitra untuk mendikusikakn/tukar menukar informasi masalah tersebut.

Router harus dapat menginterprestasikan protokol BGP, serta dapat membatasi / filter lalulintas dari backbone Nasional ke / dari backbone internasional. Sambil membangun backbone Nasional, diusulkan agar gerbang internasional memiliki beberapa saluran telepon / modem untuk dial-in, serta saluran ke jala X.25 Nasional.

Kesimpulan

Catur Karsa Jala Raya (CAKAR JAYA) diusulkan dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD '45.

Karsa Utama Jala Raya ialah dukungan semua fihak. Tanpa dukungan, semua usaha menjadi sia-sia. Karsa lainnya ialah Basis Data Nasional, Backbone Nasional, dan Gerbang Internasional.

Institusi berikut diharapkan memberikan dukungan dalam wujud:

Daftar Pustaka